Kamis, 23 Juli 2015

“Aku mau kamu”

Halloooo ini adalah karya khusus dalam rangka merayakan Ulang Tahun Uchiha Sasuke.

Disclaimer : Naruto milik Kishimoto-sensei
Pair : Sasuke x Hinata
Warning : “OOC”
Happy Reading
23 July
Seorang pemuda berambut emo tak juga beranjak dari posisinya. Sedari tadi mata hitam nya mengamati setiap tuts piano yang ada dihadapannya. Perlahan tangannya menyentuh tuts piano yang ada dihadapannya, ia menutup matanya. “apa kau mengingatnya?” bisiknya pelan. Perlahan memori masa lalu kembali berputar di otaknya.


 Flash back
23 July 20 tahun lalu
“Sasuke-kun, ayo kemari” seru wanita paruh baya yang sedang memasang lilin diatas sebuah kue coklat.
“iya okaa-san” seorang anak laki-laki bermata gelap bergaya rambut emo mendekat pada wanita yang adalah Ibu-nya. Matanya memancarkan rasa senang. Untuk kali pertama di umurnya yang ketujuh sang Ibu membuatkan perayaan ulang tahun untuknya.
“taruh ini di kuenya” Sang Ibu tersenyum memberikan lilin berbentuk angka 7. Anak yang di panggil Sasuke tadi menerima lilinnya lalu meletakkannya diatas kue ulang tahunnya.
“ayo semuanya berkumpul” anak-anak yang hadir pun turut berbahagia atas bertambahnya umur teman mereka.
“okaa-san Sasuke mau tiup lilin” pinta Sasuke dengan gembira.
“um…ayo kita bernyanyi Happy Birthday to you… ”
Happy Birthday to you
Happy Birthday to you
Happy Birthday Happy Birthday Happy Birthday to you
Sasuke tersenyum mendengar teman-teman serta Ibu-nya bernyanyi.
Tiup lilinnya
Tiup lilinnya
Tiup lilinnya sekarang juga
sekarang juga
sekarang juga
Sasuke kecil meniup semua lilin yang menyala disambut dengan suara tepuk tangan dari teman-temannya.
“nah sekarang pemberian hadiah, ayo semua berbaris” sang Ibu mengarahkan anak-anak untuk berbaris memberikan kado yang sudah mereka bawa untuk Sasuke kecil.
“Selamat ulang tahun teme, semoga kita selalu berteman hehehe” Sasuke menyambut baik cengiran khas Uzumaki Naruto sahabatnya. Sebuah kotak berwarna orange yang dibawa Naruto kini telah berpindah tangan.
“terimakasih dobe” katanya puas
“Happy Birthday Sasuke-kun” Suara gadis bersurai pink menyelinap di telinga Sasuke. Sakura yang juga sahabat Sasuke mendekat kearahnya dengan posisi siap memeluk, namun…
BRUK
Sakura terjatuh di samping Sasuke setelah sebelumnya Sasuke menghindari pelukan darinya.
“aku ambil hadiahnya Sakura” kata Sasuke mengambil bungkusan pink dari tangan Sakura yang tengah meringis menahan sakit.
Satu per satu teman-teman Sasuke bergantian memberikan hadiah, hingga sampai pada giliran terakhir. Sasuke mengamati teman perempuannya yang pemalu. Mata lavendernya selalu membuat Sasuke tenang.
“a-ano Uchiha-san Happy Birthday” ucapnya malu. Wajahnya tertunduk, poni yang panjang menutupi mata indahnya.
“mana kadonya Hinata?” Sasuke kecil tersenyum jahil saat melihat tak ada yang dibawa oleh Hinata.
“a-ano gomen, aku bingung harus memberikan apa jadi-”
“akh aku mau kau bermain piano untukku” Sasuke memotong kalimat Hinata. Hinata yang terkejut mengangkat wajahnya. Semburat merah mewarnai pipinya yang chuby menambah kesan imut padanya. “um” Tanpa babOkaa-san Hinata segera menuju Piano yang sudah tersedia disana. Jari-jari kecilnya menari indah diatas tuts piano memainkan sebuah lagu “Winter Child”.

Gyeoure taeeonan
areumdaun dangshineun
Nun cheoreom kkaekkeuthan
namaneui dangshin
Gyeoure taeeonan
sarangseureon dangshineun
Nun cheoreom malgeun
namaneui dangshin
Hajiman bom
yeoreumgwa gaeul gyeoul
Eonjena..
malgo kkaekkeuthae
Gyeoure taeona areumdaun dangsineun
Nuncheoreom kkaekkeuthan namanui dangsin
Saengil chukhahamnida,
saengil Chukhahamnida
Saengil chukhahamnida.
Dangsinui saengireul
Happy Birthday To You
(Happy Birthday To You)
Happy Birthday To You
(Happy Birthday To You)

Happy Birthday To You
Happy Birthday To You
Happy Birthday To You
Happy Birthday To You

Happy Birthday To You
Happy Birthday To You
Happy Birthday To You

Happy Birthday Sasuke

Sasuke kecil tersenyum senang. Sesudah Hinata menyelesaikan permainan pianonya, Ia berjalan ke tempat Sasuke berada.
“a-ano apa Uchiha-san suka?” Hinata kecil memberanikan diri menatap Sasuke, memastikan si penjawab tidak berbohong.
“suka tidak ya?” Sasuke belagak berfikir.
Cup
Satu kecupan di pipi Hinata berhasil membuat wajahnya bak kepiting rebus. Para teman pemrempuan Sasuke memandang iri pada Hinata sedangkan para teman laki-laki bersiul-siul menggoda keduanya. Mikoto sang Ibu hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya itu.
End of flash back.


Sudah 20 tahun berlalu sejak kejadian itu, namun Sasuke masih mengingatnya dengan baik. Kenangan dengan cinta pertamanya Hinata.
“Sasuke” si pemilik nama menengok ke belakang mendapati sang Ibu berdiri di dekat kue ulang tahun.
“Ayo pasang lilinnya” Mikoto menunjukkan dua lilin ditangannya.
Sasuke beranjak dari tempatnya dan memeluk sang Ibu. “Aku sudah 25 tahun okaa-san, tak usah repot-repot” katanya seraya melepas pelukannya. Mikoto begitu menyayangi anak bungsunya ini. Sudah 6 tahun mereka tak bertemu karena Sasuke berkuliah di luar negeri, sekarang di tahun pertama Sasuke berada di rumah dijadikan kesempatan bagi sang Ibu untuk merayakan lagi ulang tahun anaknya.
“Tak apa, hanya ini yang bisa Okaa-san lakukan” Mikoto tersenyum melihat Sasuke menancapkan lilin di kue ulang tahun buatan tangannya.
Ting Tong
Suara bel berbunyi menandakan ada seseorang yang sedang menunggu pintu terbuka baginya.
Ceklek
Sasuke membuka pintu, mata hitamnya membulat tak percaya. Kini dihadapannya berdiri seorang gadis cantik bersurai indigo menggunakan dress selutut berwarna violet. Rambutnya yang terurai panjang menambah kecantikannya.
“Hi-Hinata” Satu nama terucap dari bibir sang Uchiha, melihat tak percaya gadis dihadapannya, cinta pertamanya.
“U-Uchiha-san” Hinata menunduk malu, tak disangkanya Sasuke ada di rumah. Sudah menjadi kebiasaan Hinata mampir ke tempat Sasuke selama 6 tahun belakangan untuk menemani Mikoto dan selama 6 tahun itu juga Hinata selalu membantu Mikoto membuat kue ulang tahun untuk merayakan ulang tahun Sasuke dan memakannya bersama.
“Siapa itu Sasuke?” tanya sang Ibu dari dalam rumah.
“Hinata Okaa-san” mendengar jawaban anaknya Mikoto segera menghampiri sang tamu.
“Hinata-chan, gomen Okaa-san lupa memberitahumu kalau Sasuke sudah pulang” Mikoto memeluk Hinata dan mengajaknya masuk “kalau begitu kita rayakan ulang tahun Sasuke sama-sama lagi ya”
“um” Hinata mengangguk mantap. Mikoto dan Hinata menuju ke ruang tamu tempat biasa keduanya merayakan ulang tahun Sasuke. Sasuke mengekor keduanya dari belakang dengan tatapan penuh tanya.
Mikoto memang selalu menelpon Sasuke di hari ulang tahunnya dan menceritakan kalau dia membuat kue ulang tahun dan memakannya dan yang lainnya. Namun satu yang tak Mikoto ceritakan, Hinata selalu hadir bersamanya untuk merayakan ulang tahun Sasuke juga.
Kini ketiganya sudah duduk di ruang tamu. Sasuke duduk di tengah dengan kue ulang tahun di tangannya.
“ayo tiup lilinnya Sasuke”
Happy Birthday to you
Happy Birthday to you
Happy Birthday Happy Birthday
Happy Birthday to you
Seusai lagu selesai Sasuke segera meniup lilinnya. Kue yang dipegangnya kini diletakkannya di meja.
“ini untukmu” Mikoto memberikan 7 bingkisan pada Sasuke
“Okaa-san?”
“Hahaha…Okaa-san selalu membeli hadiah ulang tahun untukmu, karena kau jauh di negeri orang jadi Okaa-san menyimpan semuanya” Mikoto tersenyum.
“terimakasih Okaa-san” Sasuke menerima semua kado dari sang Ibu dan meletakkannya di meja.
“hm…mana hadiahku?” Kini Sasuke mengamati Hinata yang tak membawa apapun ‘lagi’.
“A-ano…”
Cup
Sasuke yang tak siap menerima ciuman dari Hinata hanya bisa mematung sejenak. Hinata menunduk malu. Di menit berikutnya Sasuke tersenyum senang mendapat ciuman dari sang pujaan hati.
“terimakasih tapi aku mau kamu” Hinata terkejut menatap Sasuke yang juga menatapnya
Melihat hal itu Mikoto langsung beringsut menuju dapur.
“Aku mencintaimu Hinata”
“tapi-”
“Kenapa? Kau sudah memiliki kekasih?”
“belum-”
“Bagus” Sasuke mengeluarkan sebuah cincin dari saku jaketnya dan memasangkannya di jari manis tangan kiri Hinata.
“A-aku juga mencintaimu Uchiha-san” Hinata menunduk menyembunyikan rona merah di pipinya.
“sekarang kau milikku” Sasuke mencium punggung tangan Hinata. Sasuke mengangkat dagu Hinata dan menatap matanya dalam.
“lusa kita menikah”
“tapi Uchi-”
“’Sasuke’ Hinata”
“tapi Sasuke-san-”
“Sauke-kun, berlatih lah mulai sekarang”
“iya, tapi Sasuke-kun-”
“lihatlah Hinata apa yang kau bawa kesini?”
“tak ada” Hinata tertunduk lemas, merasa bersalah itulah yang di benaknya sekarang.
“kau berhutang 7 kado ulang tahun padaku”
“a-aku-”
“dan aku mau kado ulang tahunku” Sasuke tersenyum jahil.
“a-apa yang Sasuke-kun mau?” tanya Hinata setengah berbisik.
“lusa kita menikah? Hn?”
“Um”
“bagus, aku sangat mencintaimu Hinata”
“aku juga”

End

Maaf kalau kurang bagus. Terimakasih sudah membaca.

Salam

Hitsugaya Osy

Rabu, 22 Juli 2015

Janji

Disclaimer : Tokoh dalam cerita pinjam dari Kishimoto-sama :)
Genre : Friendship
Pair : SasukexHinata
Fandom : Naruto

Happy Reading :)

Hari Rabu, Sore yang indah di Taman Konoha
Taman Konoha menjadi tempat favorite bagi para penduduk untuk sedikit melepas lelah bersama keluarga, khususnya di hari libur seperti sekarang ini. Terlihat aktifitas beberapa keluarga yang sedang piknik, anak-anak yang bermain-main, dan tak mau kalah para muda-mudi pun turut serta meramaikan taman ini. Di sebuah bangku kayu dibawah pohon yang rindang terlihat dua sejoli sedang duduk bersama. Cukup wajar, namun jika kita perhatikan terdapat keanehan disana.
“Sasuke-kun” gadis bersurai indigo memanggil pria disebelahnya.
“hn?” Pria yang dipanggil Sasuke tadi segera beralih dari kegiatan membaca novelnya, kini ia menatap sang gadis memberikan perhatian.
“kemarin kau kemana?” tanya sang gadis
“Aku melanjutkan novelku seharian” Sasuke meletakkan novelnya di sebelahnya “Terimakasih untuk pesannya kemarin Hinata” Sasuke memegang kedua tangan sahabatnya
“hm” gadis yang bernama Hinata melepaskan tangannya dan menunjukkan muka kecewa ‘tidak, ia harus mengingatnya sendiri’ kata Hinata dalam hati.
“Kau tau jadi penulis itu melelahkan” Sasuke mengubah posisi duduknya, matanya menatap kelangit seolah membuang lelah
“ya, aku mau pulang” Sasuke terkejut dengan kata-kata Hinata
“Hinata, kau kenapa?”
“tak apa” Hinata beranjak pergi, beruntung rumah mereka tak jauh dari taman sehingga cukup ditempuh dengan berjalan kaki. Sementara itu Sasuke yang merasa aneh dengan kelakuan Hinata hanya mematung mencoba mencari-cari alasannya.


Malam harinya
Dikamar Hinata
Hinata menatap layar ponsel yang sedari tadi tak berubah, tidak ada tanda-tanda ada yang menghubunginya.
“Sasuke memang keterlaluan” wajah Hinata menunjukkan kekecewaan berat. Hinata begitu berharap kata ‘maaf’ keluar dari bibir Uchiha Sasuke.

Flash Back
“Sasuke, minggu depan aku ada ujian tolong ajari aku” pinta Hinata pada sahabatnya.
 “kau kan bisa belajar sendiri?!” Sasuke tak menyetujui permintaanya, akhirnya Hinata mengeluarkan jurus andalannya.
“ayolah Sasuke-kun ajari aku” Hinata meminta dengan wajah super imut.
“hm…dasar, baiklah senin jam 8 malam” Sasuke menyerah dengan kelakuan sahabatnya itu.
Hari Senin
“Hinata, aku ada acara keluarga mendadak malam ini” jelas Sasuke. Bagi Hinata keluarga itu penting jadi tak ada alasan baginya untuk memaksa.
“baiklah”
“kita belajar hari selasa saja ya?” Sasuke menawarkan hari lain.
“oke” Hinata tersenyum senang.
Hari Selasa
Hinata begitu semangat pagi ini, ia mempersiapkan buku yang akan dipakainya untuk belajar nanti bersama Sasuke.
To : Sasuke
Hari ini jadi mengajariku? . Jam berapa kita mulai?
Satu pesan singkat Hinata kirimkan, namun sudah 30 menit menunggu masih tak ada jawaban dari Sasuke.
Berfikir Sasuke tak ada pulsa akhirnya Hinata mengirim chat di FB.
>>>Sasuke?
Kenapa Hinata? Aku sedang menyelesaikan novelku, Kakashi sensei memintanya hari ini<<<
Kecewa, itulah yang dirasakan Hinata. Tak masalah jika Sasuke sedang sibuk, namun setidaknya ia harus ingat janjinya hari ini. Akhirnya Hinata putuskan untuk belajar sendiri.
End of Flash Back


Dikamar Sasuke
Sasuke merebahkan tubuhnya di kasur, ia memutar otaknya mencoba menemukan hal apa yang membuat sahabatnya sedikit marah?.
Perlahan mata Sasuke tertutup dan memori tentang janji itu terputar di dalam mimpinya.
Tiga puluh menit berselang, Sasuke terbangun dengan raut wajah terkejut.
“bagaimana bisa aku melupakan janjiku pada Hinata?” ia mengacak rambutnya frustasi. Tanpa pikir panjang diraihnya jaket dari lemari kayu lalu ia pergi menuju rumah Hinata.

Di kamar Hinata
Tok tok tok
Terdengar suara pintu dari luar, Hinata segera beranjak dari posisinya untuk membuka pintu.
Pintu terbuka menampakkan Sasuke dengan wajah kelelahan “haah haaah…Hi-Hinata gomen” Sasuke langsung memeluk sahabatnya itu
“eh?” Hinata cukup terkejut namun ia hanya diam
“maaf aku melupakan janjiku untuk mengajarimu” jelasnya, Hinata merasa hatinya lega. Kekecewaan yang sedari tadi bertengger dihatinya kini luntur tanpa bekas.
“Tak apa Sasuke-kun, masih ada waktu untuk belajar” Hinata melepas pelukan sahabatnya dan menunjuk meja belajar yang penuh dengan buku
“HEH? dasar” Sasuke mengacak rambut indigo Hinata “ayo kita mulai”Hinata tersenyum senang. Akhirnya keduanya menghabiskan waktu malam itu dengan belajar bersama.


End


Maaf jika ada typo atau kesalahan yang lain.

Salam 
Hitsugaya Osy

Selasa, 21 Juli 2015

Terimakasih

Happy Reading :)

Tubuhku menegang semua terasa dingin, aku tak dapat merasakan kaki dan tanganku. Seolah tak dapat melihat apapun, aku hanya terdiam.
“HIME, HIME DIMANA KAU HIME”
Lirih namun masih dapat kudengar, suara yang familiar bagiku. Shin dimana kau? Batinku berteriak berharap dia mendengar. Tak ada siapapun disini, hanya samar kumelihat benda besar dan bau darah yang menyeruak masuk ke hidungku. Tolong aku Tuhan batinku disaat terakhir sebelum ku menutup mata.
Citt citt
Suara burung kecil menyelinap ke telingaku. Perlahan kucoba membuka mataku, namun sangat sulit. ‘hei, adakah orang disana’ batinku, entah kenapa kurasakan bibirku hanya dapat bergerak, namun indra pendengaranku tak dapat menangkap suaraku. Tuhan apa ini? Jangan mempermainkanku !.
Ceklek
Aku mendengar suara pintu terbuka,
“suster tolong periksa keadaan pasien di ruangan ini” seseorang, ah tidak, ada dua orang yang sedang berbicara di sana.
“baik dokter”
Tunggu? Dokter? Apa aku dirumah sakit?. Perlahan kucoba duduk, namun sulit
“nona, anda sudah sadar” kurasakan seseorang memegang pundakku dan membantuku untuk duduk.
“maaf, tempat apa ini” kalimat ini hanya sampai pada otakku dan lagi tak kudengar suaraku
“nona, saya akan memeriksa keadaan anda sebentar” entah apa yang wanita ini lakukan, aku hanya dapat duduk. Perlahan tanganku meraba wajahku, dan kurasakan perban yang melilit kedua mataku. Tuhan apa aku buta? Tanyaku dalam hati.
“Hime, hime”
Shin nama itu yang terlintas dalam pikiranku saat kumendengar namaku disebut. Kurasakan pelukan hangat Shin. Tuhan bisakah ku melihat wajahnya lagi? pikirku. Kurasakan pipiku basah sekarang. Bahuku juga terasa basah, apakah kau menangis Shin? Kugerakkan tanganku memeluk Shin dan mengelus punggungnya.
“Hime, kau mendengarku” Ia melepaskan pelukannya, entah apa yang dilakukannya sekarang, namun kedua tangannya masih memegang pundakku. Mengerti keadaanku sekarang, kuanggukkan kepalaku sebagai jawab ‘ya’.
“Yokatta, terimakasih Tuhan”
Aku mendengarnya, ia bersyukur kepada Tuhan. Apa yang kau syukuri Shin? Aku yang sekarang tak dapat melihatmu, tak dapat mengatakan betapa aku mencintaimu. Hatiku terasa begitu sesak membayangkan betapa sedihnya Shin sekarang.
“Hime, aku takkan membiarkanmu pergi dariku lagi, aku akan selalu bersamamu” aku kembali terhanyut dalam pelukannya. Shin pria ini yang membuatku jatuh hati pada pandangan pertama dan membuatku menangis sejadi-jadinya.


Flash Back

Hari ini Shin ulang tahun, jadi aku membuatkan kue untuknya. Betapa senangnya hatiku saat menatap sektak kue tart yang bertuliskan HAPPY BIRTHDAY SHIN. Shin adalah teman kecilku, kami sudah saling mengenal dan bersahabat. Aku merasa begitu nyaman dan senang bersamanya. Rasa persahabatan diantara kami perlahan bertumbuh menjadi perasaan lain di hatiku, namun aku tak tahu apakah Shin merasakan hal yang sama. Setelah seharian aku membuat kue ini, aku memutuskan untuk memberikan kejutan ulang tahun sekaligus menyatakan perasaanku padanya.
“Shin, aku membutuhkanmu hiks…” samar, namun ku dengar suara wanita dari dalam rumah Shin. Rasa penasaran mendorongku untuk mengintip ke dalam. Kulihat Yui sedang duduk di sebelah Shin sambil merajuk manja.
BRUKKK
Tanpa kusadari kue di tanganku terjatuh hingga menimbulkan bunyi yang cukup menarik perhatian Shin. Tak mau ambil resiko aku segera berlari menjauh. Sakit, kurasakan hati ini sakit. Aku tak tahu apa yang terjadi dibelakang.
 “HIME TUNGGU”
Tak kuhiraukan suara Shin yang memanggilku. Air mata membasahi pipiku, aku tak tahu apa yang ku pikirkan sekarang, kakiku hanya terus berlari menelusuri jalan yang ada.
“NONA AWAS!!!” Suara teriakan dari beberapa orang membuatku menoleh kekiri dan mataku menangkap sebuah truk besar melaju kencang ke arahku
“AAAAAAAAAAAAAAA”
BRAKKK
Shin (point of view)
Aku terkejut saat Yui tiba di rumahku, tanpa mengurangi kesopanan aku mempersilakannya duduk.
“Shin, aku membutuhkanmu hiks…” sungguh tanpa tahu maksud perkataannya, aku hanya terdiam hingga
BRUKK
Kumendengar suara benda jatuh berasal dari depan rumah. Samar kulihat wajah Hime sahabatku. Tanpa berfikir panjang ku tinggalkan Yui dan berusaha mengejar Hime.
“HIME TUNGGU” teriakku sekeras mungkin. Aku melihat kue tart yang sekarang tak berwujud. Oh Tuhan aku mohon lindungi Hime, aku begitu menyayanginya.
Ku terus berlari dan berharap dapat mengejarnya.
“ada kecelakaan, ayo cepat” aku berpapasan dengan beberapa orang yang mengatakan adanya kecelakaan. Entah kenapa namanya langsung terlintas dalam pikiranku.
“HIME, HIME DIMANA KAU HIME” aku berlari sambil berteriak. Kulihat tubuh sahabatku tergeletak disana bersimbah darah. Aku langsung menghampirinya dan merengkuh tubuhnya.
End of Shin (point of view)

End Of Flash Back

Tuhan benarkah kau mengambil penglihatanku?
Begitu cepatkah kau ambil suaraku?
“Hime, aku mencintaimu” aku sedikit terkejut dengan perkataan Shin. Aku hanya bisa terpana karenanya, akhirnya cintaku bersambut bukan?. Tapi aku buta dan bisu sekarang pikirku sedih
“aku mencintaimu bukan karena kau sempurna, aku mencintaimu karena Tuhan mencintaiku” seolah membaca pikiranku semua yang dikatakan Shin membuatku terharu.
“Aku berharap kita selalu bersama”
Tuhan apakah yang mau kau ambil lagi?
Aku tak memiliki apapun?
Bukankah semuanya memang bukan milikku sedari awalnya?
Namun betapa kau sungguh murah hati
Kau memberikanku cinta
Dan sekarang kau memberikanku Shin
Terimakasih Tuhan.


End

Maaf jika ada typo dll.

Salam
Hitsugaya Osy

Love > Winter > White > You

Disclaimer : 
Karakter dalam cerita meminjam dari Tite Kubo-sama ._.

Pairing :
Hitsugaya x Hinamori
Fandom : Bleach



Cinta
Satu alasanku tuk terdiam kali ini. Hanya alunan melodi “Kiss The Rain” yang mengalun di telingaku temani kesendirianku. Sedari tadi pandanganku belum beralih dari sebuah pohon besar di halaman depan rumah. Enam bulan yang lalu ku lihat bunga bermekaran disana, namun sekarang tumpukkan salju putih menyelimuti setiap ranting yang ia miliki.
"hahhh" desahku seraya menyeruput coklat panas yang sedari tadi menemaniku. Ku tutup tirai jendelaku dan beranjak dari tempatku tadi. Kuletakkan secangkir coklat panas di meja dan segera kurebahkan tubuhku pada kasur berselimut putih, warna kesukaanku. Lihat , hampir semua benda dikamarku berwarna senada dengan seprei kasurku, putih tentu saja.
Kupejamkan mataku perlahan hingga sepenuhnya tertutup. Tak berapa lama pikiranku melayang, kembali terkenang pada satu sosok yang dulu mengisi ruang kosong di hatiku. Pancaran mata yang selalu membuatku terpikat kini telah tiada lagi.
Senyum yang dulu menemani hariku telah hilang di telan bumi. “Shiro” terucap satu nama yang selalu ada dalam pikiranku
Dengan lembut mulutku mulai mengalunkan deretan syair lagu ketika playist di laptopku mengalunkan suara gitar shiro. Lagu yang menjadi saksi hubungan kami.
#
Telah lama sendiri
Dalam langkah sepi
Tak pernah kukira bahwa akhirnya
Tiada dirimu disisiku
*
Meski waktu datang dan berlalu
Sampai kau tiada bertahan
Semua takkan mampu mengubahku
Hanyalah kau yang ada direlungku
**
Hanyalah dirimu
Mampu membuatku jatuh dan mencinta
Kau bukan hanya sekedar indah
Kau tak akan terganti
(Marcell-Kau takkan terganti)
#
“Aku mencintaimu Shiro” kataku mengakhiri lagu yang kunyanyikan. Shiro panggilan sayangku untuknya, Hitsugaya Toshiro.


Salam
Hitsugaya Osy

Selasa, 23 Juni 2015

Tragedi


Prang…
Sayup-sayup terdengar dari kesunyian malam,
“hiks…hentikan itu pak” isak tangis mengiringi satu kalimat kecil dari bibir seorang ibu yang tengah tergeletak didekat kaki suaminya
“dasar wanita kurang ajar, pergi kau!” sang suami melemparkan botol hijau ditangannya kearah sang istri, mata si ibu terbelalak melihat perlakuan sang suami. Ini bukan untuk pertama kalinya dia mengalami hal seperti ini, Selama dua tahun umur pernikahan mereka begitu banyak kekerasan yang dilakukan oleh suaminya padanya, Dua tahun tanpa momongan itulah yang selalu terucap dengan sadis dari bibir suaminya.
“t-tapi pak-”
“DIAM !”
Ibu itu berhenti berbicara, kepalanya tertunduk , bulir-bulir air mata jatuh ketanah perlahan namun pasti, kesedihan merasuk dalam hatinya, tubuhnya bergetar hebat. Isakan itu perlahan menghilang dan sang ibu berhasil mengangkat kepalanya, mata merahnya memandang sang suami dengan geram “CUKUP PAK !” memaksakan diri untuk berdiri dengan menahan sakit di sekujur tubuhnya “AKU MAU CERAI !”
Duar…
Hujan turun, petir menyambar bersamaan dengan perkataan dari yang tersakiti, Seolah alam menyetujui keputusannya. Sang suami terdiam tak percaya kalimat itu keluar dari bibir istrinya. Entah kenapa berbeda dengan sebelumnya, kali ini perasaan bersalah merasuk ke hatinya. Perlahan sang suami mencoba meraih pundak istrinya, namun gagal karna sang istri menghindar.
“kau pasti bercanda” air mata menetes, mengalir membasahi pipi pria itu, istrinya terkejut namun tetap kekeh pada keputusannya.
“KAU-”, tubuh sang suami menegang, Ia mengepalkan tangannya.
“KAU ITU MILIKKU”, tanpa memperdulikan keadaan istrinya yang sudah tak karuan ia masih sempat melayangkan satu pukulan pada pipi istrinya. Ini sebuah pukulan bukan tamparan.
‘hiks…apa yang dipikirkannya?’ jatuh tak berdaya, masih dalam keadaan menangis si istri tak tahu harus berbuat apa hingga-
NINUNINUNINU
Suara sirine kepolisian terdengar dari halaman rumah, sontak membuat pria yang kini tengah dikuasai kemarahan kelabakan ‘apa yang harus aku lakukan?’ ia melihat sekeliling dan menemukan satu pintu menuju halaman belakang ‘tidak, mereka tidak boleh menangkapku’ pikirnya, Ia langsung berlari menuju pintu tersebut dan membukanya. Betapa terkejutnya ia saat mendapati sosok polisi dengan pistol siap menembak “berhenti atau-” DUAR satu tembakan peringatan melesat melewati jarak 5cm dari kepalanya.
Pria itu kini terduduk dengan kedua tangan diangkat tanda menyerah. Merasa aman si polisi mengembalikan pistol pada tempatnya, Ia menarik tangan kanan pria itu kebelakang dan mencoba memborgolnya. Naas belum selesai memborgol satu tangan, tangan kiri pria itu yang bebas mengambil pistol dari pinggang si polisi dan langsung menodongkannya pada polisi itu.
“A-aku tak boleh dipenjara” kata pria itu
“Berdiri”
Polisi itupun berdiri, kini mereka saling berhadapan dan menatap mata satu sama lain.
DUAR
Satu tembakan dari pria itu melesat 5cm diatas kepala sang polisi. Dengan segera pria itu pergi meninggalkan rumah tersebut dan polisi yang sedang terpaku disana.
“hn” nada kekecewaan terdengar dari caranya mengucapkan dua konsonan dengan berbagai makna. Si polisi masuk ke dalam rumah. Terkejut, ya melihat wanita dengan luka pukulan di wajah dan beberapa pecahan kaca menancap di tubuhnya. Sedih, melihat wanita yang notabene sahabatnya mengalami nasib yang sangat buruk. Lega, perasaan dengan presentase terbesar dari kesemuanya, lega karena sahabatnya masih hidup. Tanpa ada kata diantara keduanya, polisi ini menggendong wanita itu dan membawanya ke mobil. Tujuan mereka adalah Rumah Sakit.
Di Rumah Sakit
Tak ada yang istimewa dari ruangan serba putih ini. Hanya tirai putih, kasur dengan seprei putih dan pasien yang menempatinya. Seorang wanita berumur 25tahun itu kini terbaring tak berdaya dengan beberapa perban di bagian wajah dan tentu saja selang infuse di tangan kanannya. Meja di sebelah tempat tidurnya nampak rapi dan indah dengan bunga tulip yang segar setiap harinya. Setelah 5 hari terbaring disana akhirnya wanita ini menunjukkan tanda-tanda kesadarannya. Perlahan kelopak matanya terbuka menampakkan mata coklatnya yang indah namun redup. Putih, warna yang pertama kali dilihatnya. Langit-langit rumah sakit, itulah yang dilihatnya.
Ceklek
Pintu masuk dari ruangan itu terbuka menampakkan pria dengan seragam polisi lengkap. Pria dengan muka datar dengan sebucket bunga tulip ditangannya.
“kau sudah sadar” suara pria itu menarik perhatian hingga si wanita menggerakkan kepalanya mencoba melihat orang yang baru saja masuk.
“um” wanita itu hanya menjawab seadanya.
“Sudah lima hari kau tak sadarkan diri” pria yang tadi mencoba memberitahu sembari mengganti bunga tulip yang ada di vas.
“um” wanita itu kembali menatap langit-langit rumah sakit, perlahan air mata kembali membasahi pipinya. Ingatan akan malam itu kembali berputar di otaknya. Ia tak begitu mengerti, tapi bagaimana mungkin orang tuanya menjodohkan dia dengan seorang psikopat?. Yah, wanita ini dijodohkan oleh orang tuanya dan menikah pada umur 23tahun. Awalnya suaminya begitu mencintainya dan memanjakannya, namun ketika mengetahui sang istri tak bisa memberinya keturunan semuanya berubah. Pada lima bulan pernikahan mereka sang suami mulai berperilaku kasar padanya. Wanita ini begitu sabar menunggu suaminya berubah dan ia juga berusaha melakukan pengobatan alternative (tradisional) agar dapat memiliki anak. Namun malam itu merupakan puncak dari segalanya. Untuk pertama kalinya sang suami pulang dalam keadaan mabuk dan mulai memukulnya dan mencaci makinya. Merasa sesuatu hal yang buruk akan terjadi, wanita ini menghubungi sahabatnya untuk ke rumahnya. Dan benar dugaannya, sang suami lebih kasar dari sebelumnya, bahkan seolah mau mencabut nyawanya. Betapa kepedihan ini membuatnya tak dapat berfikir lagi. Habis sudah kesabarannya hingga kaca ‘cerai’ keluar dari bibirnya sendiri.
“Suamimu kabur, maaf aku tak bisa menahannya” Pria yang kini duduk disebelah ranjangnya menunjukkan rasa penyesalan atas ketidakmampuannya
“Tak apa” wanita itu mencoba tersenyum
“Aku sudah tak mau berhubungan lagi dengannya” kalimat yang diutarakan penuh kebencian dan sakit hati.
“Baiklah, semoga kau cepat pulih”
Ceklek
Pintu tertutup mengiringi kepergian sang sahabat. Wanita ini hanya dapat kembali menutup matanya mencoba melupakan semuanya dan memulai hidup yang baru dengan dirinya yang baru tanpa suami. Menjadi seorang single parent tak masalah baginya saat ini daripada menjadi istri yang diperlakukan sewenang-wenang.

FIN